Si Gombar
dok:pikiran-rakyat
“TEN
TIJDE NAV G.G. DAENDELS, reisde men met snellepostpaarden van Bandoeng naar
batavia IN 2 ¾ DAG. THANS met’DE VLUGGE 4’ IN 2 ¾ UUR !” (iklan di Majalah “MOOI BANDOENG”
Maart 1935)
Artinya
kurang lebih seperti ini : “Pada Jaman Gubernur Jendral Daendels, orang melakukan
perjalanan dengan kereta pos tercepat dari Bandung ke Jakarta memakan waktu 2 ¾
hari. Sekarang dengan 4 cepat cuma dalam 2 ¾ jam. Empat cepat itu maksud nya
Empat formasi kereta api Batavia – Bandung yang dioperasikan oleh Staats
Spoor Steeds Sneller (disingkat 4 S), artinya Kereta api Negara Selalu Lebih
Cepat !. Bayangkan pada tahun 1935 perjalanan kereta api Bandung –
Jakarta bisa di tempuh hanya dalam waktu 2 jam 45 menit, dijaman modern
sekarang pun (2015 ... Pen), perjalanan Bandung ke Jakarta dengan
menggunakan kereta api paling cepat ditempuh dalam waktu tiga setengah jam.
Pemasangan
jalur kereta api di kota Bandung merupakan dampak dari di buka nya perkebunan
di wilayah sekitar Bandung, faktor kecepatan pengiriman barang merupakan salah
satu faktor pemicu nya. Jalur kereta Api dari Jakarta ke Bandung melewati Bogor
dan Cianjur sebenarnya di resmikan pada tangal 17 Mei 1884, pada tahap
selanjutnya jalur ini di teruskan menuju Cilacap kemudian Surabaya meunju
Yogyakarta, jaman dulu jalur kereta api lintas utara masih belum dibuat, oleh
karena nya jika akan menuju Surabaya maka harus melewati kota Bandung terlebih
dahulu. Ada dua formasi kereta ekspres jurusan Bandung Surabaya, yang pertama
adalah “Natch Trein” atau ekspres malam, yang satu nya lagi adalah
ekspres siang, yang menempuh perjalanan Bandung – Surabaya dalam sehari, karena
nya dikenal dengan sebutan “Eendagshe”(sehari perjalanan).
Pada
awal pembukaanya pertahun dapat diangkuat sebanyak 32.000 penumpang dan 9240
ton barang, tiga puluh tahun kemudian yaitu pada tahun 1914 mengangkut
1.307.000 orang pertahun, dengan muatan barang 244.700 ton (H.I.H., “Almanak
Voor Bandoeng”, 1941), angka di atas menunjukan besarnya peranan kereta api
dalam pembangunan kota Bandung pada masa itu.
Stasiun
Bandung 1931, Sumber : Buku Haryoto Kunto
Kedatangan kereta
api ke kota Bandung merupakan perubahan yang sangat mencengangkan, mengingat
bahwa pada masa itu masih banyak penduduk di sekitar priangan hidup dalam pola
yang masih primitif, sampai tahun 1930 an masih banyak di saksikan orang
udik yang turun gunung ke Bandung berbekal nasi-timbel atau leupeut , dan
gorengan cuma sekedar mau nonton “Hulu Kareta” (maksudnya adalah lokomotif),
yang dikenal dengan nama si Gombar dan si Kuik (Haryoto Kunto : 1984)
Jalur
Kereta Kota Bandung.
Jalur
kereta api yang di bangun di kota Bandung bukan hanya jalur Jakarta Bandung,
atau pun Bandung Surabaya saja, akan tetapi juga jalur-jalur yang meghubungkan
kota Bandung dengan kota-kota di wilayah sekitar nya, antara lain
Tanggal
23 februari 1918 dibangun jalur rel K.A Bandung – Rancaekek – Tanjungsari
- Citali , yang direncanakan diteruskan ke kota Sumedang, akan tetapi
tidak pernah terwujud
Trayek
“Trem” Bandung ke Kopo pada tanggal 1 juni 1918, dan diteruskan ke Ciwidey (18
Maret 1921).
Lintas
K.A dari Bandung – Citereup - Majalaya (6 Juni 1919) pada jalur yang sama
pula di bangun lintasan rel K.A Citereup – Banjaran – Pangalengan yang
dikerjakan pada tanggal 18 Maret 1921.
Bisa
dibayangkan jika saja seandainya jalur-jalur ini masih berfungsi, mungkin akan
bisa mengurai kemacetan di kota Bandung saat ini, tentunya dengan merubah
konsep nya menjadi transportasi masal dengan waktu kedatangan yang lebih
sering. Jalur-jalur yang hilang ini merupakan jalur yang saat ini selalu
dilanda oleh kemacetan, sebagian jalur bisa digunakan sebagai jalur
wisata yaitu arah ke Ciwidey dan Pangalengan, mungkin ada baik nya jalur ini
dihidupkan kembali.
Kisah
Si Gombar
Si
Gombar merupakan lokomotif jalur pegunungan yang dalam bahasa Belanda nya
disebut “Berglijn Locomotief” yang memang di sedain untuk jalur pegunungan, si
Gombar memiliki seri D.D yang berarti memilki 8 buah roda besar pada lokomotif
nya, si Gombar merupkan buatan pabrik tahun 1924, lokomotif ini cukup tangguh
melalap tanjakan-tanjakan jalur pegunungan sambil mengangkut hasil pertanian.
Kecepatan dari si Gombar ini bisa mencapai 90 km perjam.
Menurut
Tulisan Atep Kurnia, (Ti Zigumar ka Si Gombar, 01/10/2007) julukan Si
Gombar bisa jadi terbentuk akibat pengaruh salah satu film Eropa. Menurutnya
sebutan Si Gombar berasal dari kata Zigumar, nama seorang toko dalah sebuah
film Perancis. Dalam buku berjudul Bandung Baheula 2 halaman 64-65 (karya R.
Moch. A. A. Affandie) terdapat gambar yang memuat Zigomar. Menurut Affandie
pada jaman sebelum Perang Dunia II ada beberapa film seri yang terkenal di
Hindia Belanda. Salah satunya adalah Zigomar dari perancis. Akibat pengaruh
bekennya film seri Zigomar, penduduk jadi terbiasa mencantumkan istilah Zigomar
untuk beberapa barang atau istilah. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya melarang
pemutaran film seri ini karena memberi contoh yang kurang baik pada penduduk
sebab mereka suka niru-niru kelakuan dan apapun yang dipakai Zigumar.
Di
dalam kamus Sunda yang disusun oleh RA Danadibrata terdapat istilah Gombar.
Menurut kamus tersebut asal usul kata "Gombar" berasal dari manusia
jahat pada tahun 1911 yang ada di film Amerika. Badannya besar dan tenaganya
besar juga alias kuat. Kata tersebut sering dipakai orang Sunda untuk
menggambarkan hal-hal yang besar dan bertenaga besar pula, diantaranya ya
kereta api. Kereta api menurut penduduk Bandung bentuknya besar dan rodanya
kecil-kecil tapi mempunyai tenaga yang besar.
Bisa jadi film Zigomar adalah film bikinan Perancis yang diekspor ke Amerika lalu sampai ke Hindia Belanda, atau dari Perancis dibawa ke Belanda dan sampai di Hindia Belanda. Dan lakulah film ini di Hindia Belanda, termasuk Bandung.
Bisa jadi film Zigomar adalah film bikinan Perancis yang diekspor ke Amerika lalu sampai ke Hindia Belanda, atau dari Perancis dibawa ke Belanda dan sampai di Hindia Belanda. Dan lakulah film ini di Hindia Belanda, termasuk Bandung.
Lain
si Gombar lain lagi si Kuik, si Kuik adalah kereta yang lebih kecil
karena bunyi nya kuik kuik, akhirnya disebut dengan suara nya itu, kereta ini
tidak terlalu besar
Si
Kuik
Jalur
Ketera Api Bandung Riwayat mu Kini.
Transportasi
merupakan sarana yang cukup penting dalam menunjang mobilitas masyarakat perkotaan,
dengan semakin mudah nya sarana transportasi, perkembangan perkotaan akan lebih
dinamis, yang pada ujung nya membantu perkenomian dapat berjalan dengan lancar,
kereta api merupakan salah satu alternatif sarana transportasi yang relatif
aman dan nyaman apabila bisa dikelola dengan baik.
Bandung
merupakan kota yag identik dengan “kemacetan” dan kemacetan ini nampaknya
semakin hari semakin bertumpuk, karena pertumbuhan kendaraan bermotor tidak di
ikuti dengan pertumbuhan sarana jalan, dan kebanyakan dari jalur macet itu
tadinya terdapat jalur kereta api. Salah satu jalur yang terkenal sangat
macet adalah Kopo – Soreang, yang seolah-olah tidak ada hari tanpa macet, atau
pun jalur Bandung – Sumedang yang melewati Jatinangor, seandainya saja jalur-jalur
kereta api di hidupkan kembali mengkin saja dapat mengurai kemacetan didaerah
tersebut, mengintan kereta api adalah transportasi yang anti macet.
Banyak
kota-kota besar di negara maju, mengandalkan jalur kereta api sebagai sarana
transportasi nya, karena dipandang jenis transportasi seperti ini lah yang
paling memungkinkan untuk daerah perkotaan, dengan kereta api anda bisa
melupakan soal kemacetan dan supir ngetem yang membuat seseorang
menjadi “kolot dijalan” , atau tua di jalan. (Riki Nuryadin)
mantap .. dah artikelnya.
ReplyDeleteTerima kasih :D
ReplyDelete