Wednesday, 9 September 2015

Sejarah Hadirnya Kereta Api di Kota Bandung





Si Gombar dok:pikiran-rakyat
“TEN TIJDE NAV G.G. DAENDELS, reisde men met snellepostpaarden van Bandoeng naar batavia IN 2 ¾ DAG. THANS met’DE VLUGGE 4’ IN 2 ¾ UUR !” (iklan di Majalah “MOOI BANDOENG” Maart 1935)

Artinya kurang lebih seperti ini : “Pada Jaman Gubernur Jendral Daendels, orang melakukan perjalanan dengan kereta pos tercepat dari Bandung ke Jakarta memakan waktu 2 ¾ hari. Sekarang dengan 4 cepat cuma dalam 2 ¾ jam. Empat cepat itu maksud nya Empat formasi kereta api Batavia – Bandung yang dioperasikan  oleh Staats Spoor Steeds Sneller (disingkat 4 S), artinya Kereta api Negara Selalu Lebih Cepat !.  Bayangkan pada tahun 1935 perjalanan kereta api Bandung – Jakarta bisa di tempuh hanya dalam waktu 2 jam 45 menit, dijaman modern sekarang pun (2015 ... Pen), perjalanan  Bandung ke Jakarta dengan menggunakan kereta api paling cepat ditempuh dalam waktu tiga setengah jam.


Pemasangan jalur kereta api di kota Bandung merupakan dampak dari di buka nya perkebunan di wilayah sekitar Bandung, faktor kecepatan pengiriman barang merupakan salah satu faktor pemicu nya. Jalur kereta Api dari Jakarta ke Bandung melewati Bogor dan Cianjur sebenarnya di resmikan pada tangal 17 Mei 1884, pada tahap selanjutnya jalur ini di teruskan menuju Cilacap kemudian Surabaya meunju Yogyakarta, jaman dulu jalur kereta api lintas utara masih belum dibuat, oleh karena nya jika akan menuju Surabaya maka harus melewati kota Bandung terlebih dahulu. Ada dua formasi kereta ekspres jurusan Bandung Surabaya, yang pertama adalah “Natch Trein” atau ekspres malam, yang satu nya lagi adalah ekspres siang, yang menempuh perjalanan Bandung – Surabaya dalam sehari, karena nya dikenal dengan sebutan “Eendagshe”(sehari perjalanan).

Pada awal pembukaanya pertahun dapat diangkuat sebanyak 32.000 penumpang dan 9240 ton barang, tiga puluh tahun kemudian yaitu pada tahun 1914 mengangkut 1.307.000 orang pertahun, dengan muatan barang 244.700 ton (H.I.H., “Almanak Voor Bandoeng”, 1941), angka di atas menunjukan besarnya peranan kereta api dalam pembangunan kota Bandung pada masa itu.



Stasiun Bandung 1931, Sumber : Buku Haryoto Kunto

Kedatangan kereta api ke kota Bandung merupakan perubahan yang sangat mencengangkan, mengingat bahwa pada masa itu masih banyak penduduk di sekitar priangan hidup dalam pola yang masih primitif,  sampai tahun 1930 an masih banyak di saksikan orang udik yang turun gunung ke Bandung berbekal nasi-timbel atau leupeut , dan gorengan cuma sekedar mau nonton “Hulu Kareta” (maksudnya adalah lokomotif), yang dikenal dengan nama si Gombar dan si Kuik  (Haryoto Kunto : 1984)

Jalur Kereta Kota Bandung.
Jalur kereta api yang di bangun di kota Bandung bukan hanya jalur Jakarta Bandung, atau pun Bandung Surabaya saja, akan tetapi juga jalur-jalur yang meghubungkan kota Bandung dengan kota-kota di wilayah sekitar nya, antara lain

Tanggal 23 februari 1918 dibangun jalur rel K.A Bandung –  Rancaekek – Tanjungsari -  Citali , yang direncanakan diteruskan ke kota Sumedang, akan tetapi tidak pernah terwujud

Trayek “Trem” Bandung ke Kopo pada tanggal 1 juni 1918, dan diteruskan ke Ciwidey (18 Maret 1921).

Lintas K.A dari Bandung – Citereup -  Majalaya (6 Juni 1919) pada jalur yang sama pula di bangun lintasan rel K.A Citereup – Banjaran – Pangalengan yang dikerjakan pada tanggal 18 Maret 1921.

Bisa dibayangkan jika saja seandainya jalur-jalur ini masih berfungsi, mungkin akan bisa mengurai kemacetan di kota Bandung saat ini, tentunya dengan merubah konsep nya menjadi transportasi masal dengan waktu kedatangan yang lebih sering. Jalur-jalur yang hilang ini merupakan jalur yang saat ini selalu dilanda oleh kemacetan,  sebagian jalur bisa digunakan sebagai jalur wisata yaitu arah ke Ciwidey dan Pangalengan, mungkin ada baik nya jalur ini dihidupkan kembali.


Kisah Si Gombar 

Si Gombar merupakan lokomotif jalur pegunungan yang dalam bahasa Belanda nya disebut “Berglijn Locomotief” yang memang di sedain untuk jalur pegunungan, si Gombar memiliki seri D.D yang berarti memilki 8 buah roda besar pada lokomotif nya, si Gombar merupkan buatan pabrik tahun 1924, lokomotif ini cukup tangguh melalap tanjakan-tanjakan jalur pegunungan sambil mengangkut hasil pertanian. Kecepatan dari si Gombar ini bisa mencapai 90 km perjam.

Menurut Tulisan Atep Kurnia, (Ti Zigumar ka Si Gombar, 01/10/2007) julukan Si Gombar bisa jadi terbentuk akibat pengaruh salah satu film Eropa. Menurutnya sebutan Si Gombar berasal dari kata Zigumar, nama seorang toko dalah sebuah film Perancis. Dalam buku berjudul Bandung Baheula 2 halaman 64-65 (karya R. Moch. A. A. Affandie) terdapat gambar yang memuat Zigomar. Menurut Affandie pada jaman sebelum Perang Dunia II ada beberapa film seri yang terkenal di Hindia Belanda. Salah satunya adalah Zigomar dari perancis. Akibat pengaruh bekennya film seri Zigomar, penduduk jadi terbiasa mencantumkan istilah Zigomar untuk beberapa barang atau istilah. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya melarang pemutaran film seri ini karena memberi contoh yang kurang baik pada penduduk sebab mereka suka niru-niru kelakuan dan apapun yang dipakai Zigumar.

Di dalam kamus Sunda yang disusun oleh RA Danadibrata terdapat istilah Gombar. Menurut kamus tersebut asal usul kata "Gombar" berasal dari manusia jahat pada tahun 1911 yang ada di film Amerika. Badannya besar dan tenaganya besar juga alias kuat. Kata tersebut sering dipakai orang Sunda untuk menggambarkan hal-hal yang besar dan bertenaga besar pula, diantaranya ya kereta api. Kereta api menurut penduduk Bandung bentuknya besar dan rodanya kecil-kecil tapi mempunyai tenaga yang besar.

Bisa jadi film Zigomar adalah film bikinan Perancis yang diekspor ke Amerika lalu sampai ke Hindia Belanda, atau dari Perancis dibawa ke Belanda dan sampai di Hindia Belanda. Dan lakulah film ini di Hindia Belanda, termasuk Bandung.

Lain si Gombar lain lagi si Kuik, si Kuik adalah  kereta yang lebih kecil karena bunyi nya kuik kuik, akhirnya disebut dengan suara nya itu, kereta ini tidak terlalu besar



Si Kuik


Jalur Ketera Api Bandung Riwayat mu Kini.

Transportasi merupakan sarana yang cukup penting dalam menunjang mobilitas masyarakat perkotaan, dengan semakin mudah nya sarana transportasi, perkembangan perkotaan akan lebih dinamis, yang pada ujung nya membantu perkenomian dapat berjalan dengan lancar, kereta api merupakan salah satu alternatif sarana transportasi yang relatif aman dan nyaman apabila bisa dikelola dengan baik. 

Bandung merupakan kota yag identik dengan “kemacetan” dan kemacetan ini nampaknya semakin hari semakin bertumpuk, karena pertumbuhan kendaraan bermotor tidak di ikuti dengan pertumbuhan sarana jalan, dan kebanyakan dari jalur macet itu tadinya terdapat jalur kereta api.  Salah satu jalur yang terkenal sangat macet adalah Kopo – Soreang, yang seolah-olah tidak ada hari tanpa macet, atau pun jalur Bandung – Sumedang yang melewati Jatinangor, seandainya saja jalur-jalur kereta api di hidupkan kembali mengkin saja dapat mengurai kemacetan didaerah tersebut, mengintan kereta api adalah transportasi yang anti macet.

Banyak kota-kota besar di negara maju, mengandalkan jalur kereta api sebagai sarana transportasi nya, karena dipandang jenis transportasi seperti ini lah yang paling memungkinkan untuk daerah perkotaan, dengan kereta api anda bisa melupakan soal kemacetan dan supir  ngetem yang membuat seseorang  menjadi “kolot dijalan” , atau tua di jalan. (Riki Nuryadin)



2 comments: